Suatu hari Ummi 'Ashim menempuh perjalanan jauh dari Madinah tempat ia tinggal menuju Mesir untuk menemui suaminya Abdul Aziz bin Marwan, yang menjabat sebagai gubernur Mesir. Ia disertai puteranya yang masih kecil bernama Umar....
Di Halwan, tempat peristirahatan ayahnya, Umar berlari-lari dan bermain dengan riangnya. Suatu saat ia masuk ke sebuah istal kuda dan ditendang oleh seekor kuda jantan yang perkasa. Anak itu jatuh terguling, dan darah pun mengucur dari sebuah luka yang terdapat pada wajahnya. Bocah yang malang ini segera dibawa masuk ke rumah.
Tatkala ibunya melihat . . . . , iapun terkejut . Pemandangan itu begitu mencemaskan hatinya. Ayahnya segera diberitahu, dan ketika itu pun pulang dengan tergesa-gesa. Begitu sampai, dilihatnya darah berlumuran di wajah puteranya dan sebuah luka menganga menampakkan tulang. Namun sebelum kepanikan melanda dirinya, tiba-tiba sesuatu terlintas dalam ingatannya.
Ia teringat sesuatu yang membuat dirinya bergetar dan wajahnya jadi berseri. Dan tiba-tiba sebuah senyum merekah di bibirnya . . . . . Setelah si kecil Umar dibersihkan dan lukanya diobati, dengan lembut Abdul Aziz memeluk kedua pundak isterinya.
"Bergembiralah engkau hai Ummi 'Ashim . . . !" Dengan tangan kanannya, diusapnya kepala puteranya dengan lembut. Kedua matanya berkaca-kaca, wajahnya bersinar bahagia. Dengan lirih kedua bibirnya bergumam: "Apabila ada dari keluarga Umaiyah yang mempunyai luka yang dalam di wajahnya . . . .
Kalau begitu engkaulah orang yang berbahagia itu . . . !" Kenangan apakah kiranya yang telah dibangkitkan oleh Firasat Peristiwa itu . . . . .
Firasat Peristiwa itu . . . . . .
Peristiwa itu terjadi tatkala Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab suatu malam terbangun dari tidurnya karena mimpi yang memberi kesan begitu mendalam, yaitu tentang adanya salah seorang keturunannya yang mempunyai luka pada wajahnya. Namanya . . . . . Umar! Ia bertindak dan memerintah dengan keadilan yang meratai umatnya sebagaimana Umar bin Khatthab, dirinya.
Setelah ia terbangun dari tidurnya ia bergumam: "Siapakah dia . . . ? Anak cucu Umar dari Bani Umaiyah . . . . namanya Umar, dan memberikan keadilan yang merata bagi umatnya?" Mimpi itu tetap terpendam selama hampir 40 tahun, sebelum lahir cucunya yang bernama Umar . . bin Abdul Aziz.
Sampai akhirnya Umar bin Khatthab dipanggil menghadap kehadirat Allah swt., tapi rahasia mimpinya terus diingat oleh anak cucunya yang selalu berharap agar tanda-tanda yang ada dalam mimpi Umar bin Khatthab itu dapat ditemui pada wajah putera-putera mereka . . . . .
Umar bin Abdul Aziz adalah keturunan dari tokoh-tokoh yang tabiatnya kontradiktif. Di satu pihak, ia adalah keturunan Umar bin Khatthab, dengan garis keturunannya yang terkenal taat dan taqwa.
Sedangkan di pihak lain, ia merupakan keturunan keluarga Umaiyah yang ekstrim dan kurang memperdulikan agama dan kesucian . . . . . Dari dua kekuatan yang berlawanan itu, lahirlah karakter khas yang menjelma pada pribadi Umar bin Abdul Aziz dalam ukuran dan jangkauan yang lebih luas dan jauh.
Dari dinasti ini muncul satu bukti kemampuan Islam, melahirkan seorang tokoh yang mampu membersihkan kembali sinar Islam, walaupun ia keturunan dari orang-orang yang justru banyak berbuat kerusakan dan keonaran.
Keajaiban seperti itu bukanlah keajaiban yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, walaupun itu telah muncul dalam firasat mimpi Umar bin Khatthab, melainkan ia merupakan keajaiban yang diciptakan oleh takdir Allah swt tanpa usaha dan kesadaran dari anak itu sendiri. (Khulafa'ur Rasul")
Wassalamu'alaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar